Selasa, November 03, 2009

tri kaul dalam komunitas (1)

roncalli.blog. kaul dan komunitas mempunyai hubungan yang kait mengkait dan erat. kaul secara langsung menuntut adanya komunitas, karena tidak ada kaul gerejani yang diucapkan secara pribadi dalam sebuah perserikatan religius. demikian juga sebaliknya, sebuah komunitas baru benar benar menjadi komunitas religius kalau para anggotanya mengucapkan kaul religius. berdasarkan hubungan ini maka kaul harus menjadi nyata dalam hidup komunitas biara.

komunitas religius
sebuah komunitas religius diikat dan dipersatukan oleh unsur unsur: panggilan, karya, kekuatan anggota, komunikasi dan kewibawaan dari pimpinan komunitas. keseluruhan ini memungkinkan sebuah komunitas akan menjadi komunitas yang berkembang dengan wajar.
panggilan, merupakan ikatan pemersatu komunitas karena dengan adanya panggilan, seseorang merasa dipersatukan dengan Tuhan sendiri sebagai satu satunya daya tarik dan daya hidup dalam rumah. setiap anggota, karena kesadaran akan panggilannya sendiri, merasa perlu membangun persekutuan dengan sesama saudara yang mengikuti Tuhan. ada keselarasan arah hubungan antara semua anggota karena mereka semua berpusat dan terikat pada satu Tuhan yang sama. kekhasan panggilan seorang anggota komunitas religius adalah dalam kaulnya. maka dari itu kebersamaan dalam sebuah komunitas sekaligus merupakan penghayatan bersama dalam hidup berkaul. walaupun masing masing punya gaya dan corak hidup yang berlaian satu sama lain, namun secara global seluruh anggota komunitas mewujudkan kaulnya dalam komunitas yang satu dan sama.
karya, bagi seorang religius yang sudah berkaul merupakan konsewensi dari panggilannya. tiap tiap biarawan yang bekerja sadar bahwa apa yang dibuatnya bukan demi kepentingannya sendiri melainkan bagi seluruh gereja, bagi seluruh jemaat. keringat dan kerja keras yang dijalankan semata mata merupakan tanda bahwa ia taat kepada kehendak Tuhan. jerih payahnya merupakan tanda ketaatan seorang abdi yang telah sanggup untuk mengikutiNya.
kekuatan pribadi, akan menentukan penghayatan kaul dalam hidup sehati hari. seorang biarawan dari keluarga yang lebih dari cukup dalam hal ekonomi akan sangat sulit dan penuh perjuangan untuk menghayati kemiskina. seorang biarawan yang kebetulan anak sulung menghadapi kesulitan dalam hal ketaatan. demikian juga yang senior kepada yang yunior, yang pandai kepada yang kurang pandai. biarawan yang lincah dan mudah bergaul juga akan sulit kalau diperlakukan seperti biarawan yang pendiam dan pemalu dalam hal menjaga kau l keperawanan. oleh karena itu penghayatan kaul tidak boleh dan tidak dapat disamarakan begitu saja. yang satu mungkin perlu dikekang dan dikendalikan sedangkan yang lain justru sebaliknya perlu didorong-dorong untuk lebih maju.
komunikasi, menjamin adanya dan perkembangan komunitas. komunikasi ini dapat dijalankan secara verbal dalam setiap pembicaraan, rapat, diskusi, rekreasi, kapitel, dan juga lelucon atau ejekan yang seringkali terjadi. komunikasi akan lebih berbobot dalam bentuk non verbal, yang mengungkapkan kedalaman perhatian dan saling mendukung dalam perbuatan dan sikap sikap persaudaraan. komunikasi yang wajar dapat merpakan tanda cinta persaudaraan yang bersumber pada kaul keperawanan.
kewibawaan, mengungkapkan struktur yang bervariasi dalam sebuah komunitas. tidak setiap anggota mempunyai kedudukan yang sama dalam setiap struktur. di tempanya sendiri, seseorang menduduki tempatnya yang tertinggi, sedang orang lain hanyalah pengamat dan pembantu, yang ada di dapur, di sekolah, di poliklinik, di ruang jahit, semua mempunyai pemimpinnya sendiri. tidak dapat dikatakan bahwa semua anggota dalam sebuah rumah biara harus berpaling kepada pemimpin rumah dalam pelbagai bidang kehidupan biara. kewibawaan pimpinan rumah biara menjadi perlu dan mendesak bilamana keseluruhan anggota mendambakan seorang pemersatu sebagai komunitas.

lanjut ke tri kaul dalam komunitas (2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar