Minggu, Juli 14, 2013

15 Cara Agar Tubuh Terlihat Langsing

Beberapa trik sederhana ini dapat membantu Anda terlihat langsung, tanpa perlu menghabiskan waktu berlatih di gym 1. Mainkan warna Jika Anda memiliki pinggul dan paha lebar, kenakanlah rok pensil hitam dan atasan terang. (Lakukan sebaliknya bila Anda merasa tidak pede dengan tubuh bagian atas). Dengan mengenakan baju warna gelap di area yang “bermasalah”, Anda akan menarik perhatian orang ke bagian tubuh lain yang Anda banggakan. 2. Beli bra baru Satu hal yang semua wanita bisa lakukan sekarang untuk terlihat lebih langsing adalah membeli bra baru, kata Charla Krupp, pengarang “How to Never Look Fat Again”. “Sebanyak 85 persen wanita mengenakan bra yang salah, sehingga dada mereka terlihat turun dari yang seharusnya.” Agar terlihat langsing, kita harus menciptakan ruang seluas mungkin antara pinggang dan dada sehingga torso Anda terlihat lebih panjang dan kurus, katanya. Mintalah rekomendasi ahli, jangan langsung membeli bra dengan ukuran yang sekarang. 3. Pilih kerah berbentuk V Krupp menyarankan Anda memakai atasan dengan kerah V. “Bentuk berlian terbalik akan memberi kesan ilusi optis sehingga Anda terlihat lebih langsing. Hanya saja, hati-hati ketika Anda memakai kerah V. Anda harus pastikan benar bagian dada dan leher, jangan sampai kusam. 4. Beli ‘shapewear’ Anda mungkin sudah mendengar tentang keajaiban yang diberi nama Spanx. Charla Krupp sangat menggemari produk shapewear itu, tetapi ingatlah bahwa Spanx terkadang dapat terasa seperti kulit sosis. Solusinya: Skinny Britches, produk shapewear terbaru dari Spanx yang lapisannya dapat ditambahi sesuai kebutuhan. “Amat feminin, dan cantik sehingga tidak apa-apa bila terlihat orang,” kata Krupp. 5. Bersihkan lemari Keluarkan pakaian-pakaian yang dapat membuat Anda terlihat gemuk. Antara lain, T-shirt yang terlalu besar, kaos kutung (jika tangan Anda gemuk), dan rok satin yang menampakkan tonjolan. 6. Pakai tali pinggang “Memakai tali pinggang untuk mempertegas pinggang dapat dengan segera membuat Anda terlihat lebih kurus,” kata Romy Fazeli, ahli kecantikan dan kesehatan dari Kymaro. “Menciptakan kurva dapat menarik perhatian ke area pinggang sehingga menciptakan gaya seksi dan langsing.” 7. Pamerkan kulit Ada satu aturan yang perlu diingat: Jangan biarkan seluruh kulit Anda tertutupi pakaian. Biarkan lengan Anda terbuka, dan daerah leher untuk menciptakan sentuhan seksi namun tetap sopan. 8. Pahami cara berpose “Ketika berpose, berdiri yang tegak, jangan menunduk,” kata Jennifer Miller, direktur foto Cosmopolitan yang menangani pemotretan sampul majalah. “Postur tubuh yang tinggi dapat memberi kesan kurus secara instan. Berkacak pinggang akan memberi kesan tangan Anda kurus.” 9. Ketahui cara konturing “Tonjolkan kelebihan wajah Anda,” kata penata rias Brigitte Reiss-Andersen. Bagaimana? Dengan mempertegas tulang pipi dan tulang alis. Tip: Mainkan warna di area seperti tengah pipi dan pinggir mata, untuk menonjolkan efeknya. 10. Permak jeans Anda Waspadai jeans Anda yang “berkhianat” dan memperjelek tampilan. Tanda-tandanya? Ada di sekitar selangkangan. Jangan sampai terlihat menggembung, atau terlihat terlalu sempit. Jangan takut membeli satu ukuran lebih besar, sebab yang kita cari adalah kenyamanan, kata Shatonia Amee, penata busana dari New York. 11. Lipatan pinggang “Ada beberapa alasan ini terjadi, kata Shatonia. “Salah satunya adalah, jeans Anda terlalu ketat.” Sekali lagi, jangan takut beli jeans satu nomor lebih besar! Jeans yang terlalu rendah atau ketat dapat menimbulkan tumpahan lemak alias lipatan pinggang — tak peduli gemuk/kurus. 12. Tidur yang cukup Kurang tidur dapat membuat stres, dan Anda pun mungkin jadi ingin makan. Para ilmuwan di University of Chicago Medical Center mengatakan, orang yang hanya tidur empat jam sehari nafsu makannya meningkat 23 persen. Jadi, usahakan tidur setidaknya tujuh jam sehari. 13. Perbaiki postur Berdiri dan duduk tegak tidak hanya membuat tubuh mengurus tapi juga mengurangi keletihan di persendian, leher, dan punggung. Perbaiki postur dengan tip ini: a. Bayangkan sebuah garis lurus di samping tubuh Anda, dari telinga, bahu, pinggul, lutut, hingga kaki. b. Bayangkan kepala Anda ditarik oleh seutas tali ke langit-langit, tegapkan bahu Anda. c. Tarik perut Anda ke belakang. d. Biarkan tangan Anda tergantung di samping celana, agak ke belakang sedikit. e. Distribusikan berat badan Anda secara rata di kedua kaki. 14. Mengunyah perlahan Jika Anda suka makan terburu-buru, hati-hati. Penelitian University of Rhode Island mengatakan, wanita yang makan pasta selama 9 menit mengonsumsi 646 kalori. Tetapi yang makan pasta perlahan (30 menit) mengonsumsi 70 kalori lebih sedikit. Mereka juga merasa lebih kenyang. 15. Minum air lebih banyak Anda sudah sering dengar. Air putih, yang memiliki 0 kalori, adalah minuman diet terbaik. Sekaleng Coca-Cola memiliki 146 kalori, sementara secangkir jus anggur, 154 kalori.

Sabtu, Oktober 08, 2011

Senin, Juli 18, 2011

Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

pppptk.sleman.jogja.diklat penguatan kepala sekolah., Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di tiap sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, orang tua peserta didik, dan pengawas. Proses EDS dapat mengikutsertakan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat. Instrumen EDS ini khusus dirancang untuk digunakan oleh TPS dalam melakukan penilaian kinerja sekolah terhadap 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang hasilnya menjadi masukan dan dasar penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dalam upaya peningkatan kinerja sekolah. EDS sebaiknya dilaksanakan setelah anggota TPS mendapat pelatihan.

Informasi ringkas tentang EDS dapat dilihat di bawah ini:

1. Apakah yang dimaksud dengan Evaluasi Diri Sekolah?

• Evaluasi diri sekolah adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
• Melalui EDS kekuatan dan kemajuan sekolah dapat diketahui dan aspek-aspek yang memerlukan peningkatan dapat diidentifikasi.
• Proses evaluasi diri sekolah merupakan siklus, yang dimulai dengan pembentukan TPS, pelatihan penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
• TPS mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang dirumuskan dalam Instrumen. Kegiatan ini melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah untuk memperoleh informasi dan pendapat dari seluruh pemangku kepentingan sekolah.
• EDS juga akan melihat visi dan misi sekolah. Apabila sekolah belum memiliki visi dan misi, maka diharapkan kegiatan ini akan memacu sekolah membuat atau memperbaiki visi dan misi dalam mencapai kinerja sekolah yang diinginkan.
• Hasil EDS digunakan sebagai bahan untuk menetapkan aspek yang menjadi prioritas dalam rencana peningkatan dan pengembangan sekolah pada RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
• Laporan hasil EDS digunakan oleh Pengawas untuk kepentingan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) sebagai bahan penyusunan perencanaan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota.
2. Apa yang diperoleh sekolah dari hasil EDS?

• Seberapa baik kinerja sekolah? Dengan EDS akan diperoleh informasi mengenai pengelolaan sekolah yang telah memenuhi SNP untuk digunakan sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
• Bagaimana mengetahui kinerja sekolah sesungguhnya? Dengan EDS akan diperoleh informasi tentang kinerja sekolah yang sebenarnya dan informasi tersebut diverifikasi dengan bukti-bukti fisik yang sesuai.
• Bagaimana memperbaiki kinerja sekolah? Sekolah menggunakan informasi yang dikumpulkan dalam EDS untuk menetapkan apa yang menjadi prioritas bagi peningkatan sekolah dan digunakan untuk mempersiapkan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.

3. Keuntungan apa yang akan diperoleh sekolah dari EDS?

• Sekolah mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sebagai dasar penyusunan rencana pengembangan lebih lanjut.
• Sekolah mampu mengenal peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan upaya peningkatan, dan melakukan penyesuaian program-program yang ada.
• Sekolah mampu mengetahui tantangan yang dihadapi dan mendiagnosis jenis kebutuhan yang diperlukan untuk perbaikan.
• Sekolah dapat mengetahui tingkat pencapaian kinerja berdasarkan 8 SNP.
• Sekolah dapat menyediakan laporan resmi kepada para pemangku kepentingan tentang kemajuan dan hasil yang dicapai.

4. Seberapa sering sekolah melakukan EDS?

• Sekolah melakukan proses EDS setiap tahun sekali.
5. Bagaimana bentuk Instrumen EDS?

Instrumen EDS terdiri dari 8 (delapan) bagian sesuai dengan 8 SNP. Setiap bagian terdiri atas :
• Serangkaian pertanyaan terkait dengan SNP sebagai dasar bagi sekolah dalam memperoleh informasi kinerjanya yang bersifat kualitatif.
• Setiap standar bisa terdiri dari beberapa aspek yang memberikan gambaran lebih menyeluruh .
• Setiap aspek dari standar terdiri dari 4 tingkat pencapaian : tingkat pencapaian 1 berarti kurang, 2 berarti sedang, 3 berarti baik, dan 4 berarti amat baik.
• Tiap tingkatan pencapaian mempunyai beberapa indikator.
• Pada bagian akhir dari aspek setiap standar, terdapat halaman rekapitulasi untuk menuliskan hasil penilaian pencapaian yang diperoleh. Halaman rekapitulasi ini terdiri dari bukti fisik yang menguatkan pengakuan atas tingkat pencapaian, deskripsi umum temuan yang diperoleh untuk menilai aspek tersebut, dan penentuan tingkat pencapaian kinerja sekolah.
• Sejumlah pertanyaan terkait dengan 8 SNP yang paling erat hubungannya dengan mutu pembelajaran dan aspek-aspek yang perlu dikembangkan bagi keperluan penyusunan rencana peningkatan sekolah.
• Tingkat pencapaian pada tiap Standar dalam Instrumen ini dapat digunakan sekolah untuk menilai kinerjanya pada standar tertentu.

6. Bagaimana sekolah menggunakan tingkat pencapaian?

• Anggota TPS secara bersama mencermati Instrumen EDS pada setiap aspek dari setiap standar. Sebaiknya perlu disiapkan peraturan menteri, indikator atau peraturan pemerintah yang berkaitan dengan SNP sebagai rujukan.
• Berdasarkan kondisi nyata sekolah, anggota TPS menilai apakah sekolah mereka termasuk dalam tingkatan 1, 2, 3 atau 4 dalam pencapaian 8 SNP ini. Misalnya pada Standar Isi ada aspek kesesuaian dan relevansi kurikulum serta aspek penyediaan kebutuhan untuk pengembangan diri. Bisa saja aspek kesesuaian dan relevansi kurikulum berada di tingkat 4, tapi aspek kebutuhan untuk pengembangan diri ada di tingkat 2. Ini tidak menjadi masalah. Tingkat pencapaian pada setiap standar menggambarkan keadaan seperti apa kondisi kinerja sekolah pada saat dilakukan penialian terkait dengan pertanyaan tertentu.
• Setelah menentukan tingkat pencapaiannya, sekolah perlu menyertakan bukti fisik atas pengakuannya. Contoh bukti fisik atas keikutsertaan masyarakat dalam kehidupan sekolah berupa rapat komite sekolah, notulen, daftar hadir, dan undangan.
• Hasil semua penilaian dan penentuan tingkat pencapaian kinerja sekolah untuk aspek tertentu pada setiap standar ditulis pada lembar laporan penilaian atau rekapitulasi dengan menyertakan bukti fisik yang sesuai (lihat keterangan pada nomor 5 di atas).
• Sekolah menetapkan tingkat pencapaian kinerja dan bukan hanya sekedar memberikan tanda cek (contreng) pada setiap butir dalam Instrumen EDS.
• Tingkat pencapaian kinerja sekolah bisa berbeda dalam aspek yang berbeda pula. Hal ini penting sebab sekolah harus memberikan laporan kinerja apa adanya. Dalam pelaksanaan EDS yang dilakukan setiap tahun, sekolah mempunyai dasar nyata aspek dan standar yang memerlukan perbaikan secara terus-menerus.
• Dengan menggunakan Instrumen EDS ini, sekolah dapat mengukur dampak kinerjanya terhadap pembelajaran peserta didik. Sekolah juga dapat memeriksa hasil dan tindak lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta didik.

7. Jenis bukti apa yang dapat ditunjukkan?

• Bukti fisik yang menggambarkan tingkat pencapaian harus sesuai dengan aspek atau standar yang dinilai. Untuk itu perlu dimanfaatkan berbagai sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai bukti fisik misalnya kajian catatan, hasil observasi, dan hasil wawancara/konsultasi dengan pemangku kepentingan seperti komite sekolah, orang tua, guru-guru, siswa, dan unsur lain yang terkait.
• Perlu diingat bahwa informasi kualitatif yang menggambarkan kenyataan dapat berasal dari informasi kuantitatif. Sebagai contoh, Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) tidak sekedar merupakan catatan mengenai bagaimana pengajaran dilaksanakan. Keberadaan dokumen kurikulum bukan satu-satunya bukti bahwa kurikulum telah dilaksanakan.
• Berbagai jenis bukti fisik dapat digunakan sekolah sebagai bukti tingkat pencapaian tertentu. Selain itu, sekolah perlu juga menunjukkan sumber bukti fisik lainnya yang sesuai.

8. Bagaimana proses EDS membantu penyusunan rencana pengembangan sekolah?

• TPS menganalisis informasi yang dikumpulkan, menggunakannya untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
• Berdasarkan hasil EDS, sekolah mengembangkan RPS dengan prioritas peningkatan mutu kinerja sekolah yang dirumuskan secara jelas, dapat diobservasi dan diukur. Dengan demikian, RPS menjadi dokumen kinerja sekolah yang meliputi aspek implementasi, skala prioritas, batas waktu, dan ukuran keberhasilannya.
• Proses EDS berkaitan dengan aspek perubahan dan peningkatan. Upaya perubahan dan peningkatan tersebut hanya bermanfaat apabila diwujudkan dalam perencanaan bagi peningkatan mutu pendidikan dan hasil belajar peserta didik. Diharapkan dengan adanya ragam data dan informasi yang diperoleh dari hasil EDS, sekolah bukan saja dapat merumuskan perencanaan pengembangan dengan tepat, akan tetapi penilaian kemajuan di masa depan juga akan lebih mudah dilakukan dengan tersedianya data yang dapat dipercaya. Hal tersebut dengan sendirinya memudahkan sekolah untuk menunjukkan hasil-hasil upaya peningkatan mereka setiap saat.
9. Laporan apa yang perlu disiapkan?

• Sekolah menyusun laporan hasil EDS dengan menggunakan format yang terpisah, yang menyajikan tingkat pencapaian serta bukti-bukti yang digunakannya. Hasil EDS digunakan untuk dasar penyusunan RPS sekolah, namun dilaporkan juga ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag untuk dianalisis lanjut dengan memanfaatkan EMIS (Educational Management Information System/Sistem Informasi Manajemen Pendidikan) bagi keperluan perencanaan dan berbagai kegiatan peningkatan mutu lainnya.
• Laporan sekolah yang mengungkapkan berbagai temuan dapat digunakan untuk melakukan validasi internal (menilai dan mencocokkan) oleh pengawas sekolah, dan validasi external dengan menggunakan beberapa sekolah oleh Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) pada tingkat kecamatan dengan bantuan staf penjaminan mutu dari LPMP.
• Hasil EDS merupakan bagian yang penting dalam kegiatan monitoring kinerja sekolah oleh pemerintah daerah dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan.

Senin, Mei 23, 2011


merapi dan merbabu di pagi hari.....

panitia rapat tkpp bks surakarta di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo tgl 8 mei 2011

Kamis, Desember 09, 2010

wayang wahyu


AKULTURASI BUDAYA JAWA-EROPA DALAM FIGUR WAYANG WAHYU “NGAJAB RAHAYU” SURAKARTA


Penelitian ini termasuk penelitian Pengembangan Kelembagaan dengan kajian di bidang seni dan budaya. Wayang sebagai seni pedalangan dan drama tradisional Indonesia (Jawa) bersifat kompleks dan sudah dikenal sejak masa purbakala (+ 1500 SM). Wayang menggambarkan sikap animisme berupa pemujaan kepada roh nenek moyang (hyang/dahyang) berwujud siluet gambar dua dimensi. Wayang menjadi mahakarya pertunjukan seni yang komplit dan rumit telah memperkaya khasanah keaneka ragaman wayang yang terus berkembang di Indonesia (khususnya Jawa dan Bali) dan telah memiliki hampir 60 jenis wayang. Kesenian wayang sudah diakui UNESCO tanggal 7 November 2003 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity yang memiliki nilai estetika, etika dan budaya indah dan sangat berharga dalam proses pembangunan karakter bangsa. 
Komunitas Kristiani di abad ke-20 berhasil menciptakan wayang kulit dengan tata rupa cenderung lebih "realis." Pemrakarsanya Br. Timotheus Wignjosoebroto FIC, sedangkan wayangnya dibuat oleh Rusadi Wijoyosawarno pada tahun 1957-1959. Pemikiran dan religiusitas Br. Timotheus tersebut tidak lepas dari upaya mengajarkan dan memahamkan ajaran Katolik dalam konteks seni budaya Jawa. Persepsi bahwa agama Katolik sebagai agama Eropa perlu disosialisasikan sebagai bagian dari suatu transformasi agama baru yang bernafaskan budaya Jawa seperti pada agama-agama sebelumnya (masa Hindu-Islam).
  Akulturasi dan difusi budaya menjadikan wayang wahyu menjadi suatu media yang tepat untuk memperkenalkan ajaran Katolik sebagai tatanan dan tuntutan baru kehidupan beragama dalam masyarakat. Gagasan ini direalisasikan dengan membuat wayang yang didesain mirip wayang purwa tetapi memiliki karakteristik penokohan/rupa manusia sebenarnya (realistis) dengan cerita dari Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang memiliki corak budaya Eropa/barat. Berdasarkan latar belakang masalah tentang proses akulturasi budaya Jawa dan budaya Eropa pada figur wayang wahyu maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana akulturasi budaya Jawa-Eropa dalam figur wayang wahyu?
b. Bagaimana perkembangan wayang wahyu sebagai media sosialisasi nilai budaya Jawa-Eropa?
  Wayang Wahyu dirancang untuk mendekatkan keimanan Katolik dengan kebudayaan Jawa sebagai realisasi pendekatan ajaran Kristiani dengan muatan lokal (kesenian tradisional/Jawa) yang justru melahirkan akulturasi budaya. Corak dan warna wayang tersebut memberi pemahaman agama dalam bingkai kosmologi dan pola kehidupan Jawa dengan bahasa Jawa sebagai media transformasinya. Pencitraan figur wayang wahyu tidak lepas dari konsep dasar wayang kulit (purwa) umumnya, tetapi memiliki karakteristik khusus melalui penggambaran figur manusia realistis dalam dua dimensi dengan ciri “rupa wong” (bermuka Eropa/barat).
  Perbedaan mendasar wayang wahyu terdapat pada sistem pakeliran padat seperti panggung/teater barat tetapi sarat dengan model pakeliran dan perangkat gamelan Jawa. Perupaan Wayang Wahyu menjadi persoalan dilematis, antara setengah boneka, wayang dan setengah gambar manusia realistis berwajah Eropa. Wayang Wahyu menjadi fenomena desakralisasi lambang karena figur tokohnya lebih condong sebagai media pewartaan iman saja dalam bentuk kesenian wayang. Keterbukaan sikap dan struktur budaya masyarakat Jawa dalam menerima budaya luar/asing mencerminkan bahwa budaya Jawa dapat berevolusi dan berakulturasi. Tema bebas yang diambil dari Alkitab tersebut mendorong pagelaran wayang wahyu dapat mengupas dan menguraikan firman/wahyu dalam Alkitab sesuai dengan kebutuhan. Rambu-rambu pewartaan iman tetap dipegang teguh oleh para dalang setelah dikonsultasikan dengan pihak gereja karena alur cerita tersebut harus sesuai dengan Alkitab dan untuk menghindari adanya proses salah penafsiran pasca pementasan. 
  Perangkat pagelaran wayang wahyu juga memiliki unsur hampir sama dengan wayang purwa, yaitu unsur (1) perangkat wayang; (2) dalang; (3) niyaga; (4) waranggana, yang tidak harus selalu berbusana Jawa seperti pada wayang purwa; dan (5) iringan gending gamelan baik laras pelog maupun slendro, yang lagu-lagunya merupakan campuran iringan gending rohani maupun umum. Sedangkan alur atau sistematika pementasan wayang wahyu memiliki unsur (1) Lakon; (2) Catur; (3) Pocapan; (4) Ginem; (5) Sabet; (6) Iringan; dan (7) Gending. Sedangkan struktur dramatik dalam wayang wahyu pada awalnya mengikuti konsepsi wayang purwa yaitu ada adegan (1) dudut kayon/permulaan; (2) pertengahan; dan (3) akhir/penutup/tancep kayon. Perkembangan selanjutnya, unsur struktur dramatic wayang wahyu tidak lagi seperti wayang purwa sehingga memiliki ciri khas sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tiap-tiap adegan digarap lebih inovatif dan variatif.
  Pola pementasan baru ini mendorong wayang wahyu lebih memprioritaskan setiap adegan dari lakon yang disampaikan dalang. pada adegan “goro-goro” atau lelucon dengan menampilkan figur “Limbuk-Cangik” sebagai adegan lucu-lucuan yang memuat materi pesan kepada instansi-instansi terkait. Adegan “goro-goro” ini akhir terkesan terpisah dari cerita utama karena pada adegan “goro-goro” terlihat keluar dari pakem wayang purwa yang tetap sesuai dengan materi lakon utamanya. Pengaruh kebudayaan spiritual Kristen terhadap masyarakat Jawa dapat dilihat pada konsepsi Trinitas ajaran keimanan kepada Tuhan. Konsepsi trinitas dalam kebudayaan Jawa telah dipahami sebagai dasar kehidupan bermasyarakat untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan kosmologi alam sekitarnya.
  Kesenian wayang sebagai salah satu wujud kesenian masyarakat, khususnya Jawa menjadi simbol komunikasi dan tuntutan konsepsi kehidupan. Inkulturasi dan apresiasi budaya Jawa terhadap pengaruh budaya asing/Eropa (Kristen) sesuai pencitraan pemahaman bahwa agama Katolik/Kristen tidak semata sebagai agama Barat/Eropa tetapi juga memberikan tuntunan dan tontonan yang sama seperti wayang lainnya. Wayang Wahyu menjadi bingkai adaptasi dan toleransi budaya agar eksistensi gereja tidak menjadi jauh dari masyarakat lingkungan Jawa. Kehadiran sinden/waranggana dalam wayang wahyu lebih memegang peranan berat daripada sinden pada wayang purwa. Peran penting sinden ini memberikan nilai lebih pada nuansa budaya Jawa bahwa masyarakat Jawa untuk memberikan siraman rohani bersifat religius magis yang mampu mengantarkan penonton menemukan jatidirinya sebagai manusia Jawa. 
  Pakeliran Wayang Wahyu tidak membuka kemungkinan untuk mengadakan tafsir othak-athik-gathuk dalam mengartikan sesuatu sebagai sebuah lambang, karena semua implikasinya harus berdasar pada Kitab Suci/Alkitab. Wayang wahyu yang berkembang di Surakarta ini memiliki fungsi sosial dan ritual keagamaan. Pementasan wayang wahyu “Ngajab Rahayu”Surakarta dari YPL menjadi media sosialisasi nilai budaya Eropa-Jawa dan sebagai media pewartaan iman untuk menanaman nilai budaya Eropa dalam bingkai kesenian budaya Jawa.  

keheningan...

bandungan.blog.desb.2010.Marilah kita melaksanakan kata-kata Nabi, pikirku: aku hendak menjaga diri, jangan aku berdosa dengan lidahku, aku hendak menahan mulutku. Aku membisu, aku direndahkan dan tutup mulut tentang hal yang baik. Dengan itu Nabi mau menunjukkan, bahwa demi semangat diam kadang-kadang orang harus diam bahkan dari percakapan yang baik. Apalagi percakapan yang buruk jelas harus dilarang berhubung dengan hukuman dosa. Oleh sebab itu, bahkan untuk percakapan yang baik, saleh dan membangun, kepada murid yang sempurna hendaknya izin bicara jarang diberikan, agar mereka dapat membina semangat diam dengan sungguh-sungguh. Sebab ada tertulis, di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran. Dan di tempat lain, hidup dikuasai lidah dan mati dikuasai lidah. Sebab bicara dan mengajar adalah tugas guru, sedangkan murid diharapkan diam dan mendengarkan. Oleh sebab itu, bila ada sesuatu yang perlu ditanyakan kepada pembesar, hendaknya ditanyakan dengan rendah hati sepenuhnya dan dengan tunduk hormat. Adapun mengenai lelucon yang kasar, omong kosong dan kata-kata yang membangkitkan ketawa, kami mengecamnya sebagai hal yang harus disingkirkan di mana-mana untuk selama-lamanya. Kami tidak mengizinkan murid membuka mulut untuk percakapan seperti itu (teks RB bab 6).

Keheningan “tata lahir” dan “tata batin”
Akar kata “hening”, kata keheningan memiliki dua arti yakni keheningan external dan keheningan internal. Keheningan external (tata lahir) merupakan sarana untuk masuk kedalam keheningan internal (tata batin). Kiranya perlu memperhatikan tujuan atau motivasi menghayati keheningan external, agar sebagai sarana, keheningan external dapat sungguh-sungguh mengantar diri kita kedalam keheningan tata batin (dalam lubuk hati yang paling dalam). Keheningan internal merupakan suatu rahmat Allah yang tidak tergantung pada semata-mata sarana keheningan external. Keheningan external hanya sebagai “jalan” menuju kepada keheningan internal. Keheningan yang sejati selalu memberikan buah-buah rohani, baik itu bagi yang mengalami maupun terhadap lingkungan dimana kita berada. Ada baiknya kita melihat secara sangat umum tentang keheningan tata lahir dan tata batin.

Sinonim keheningan
Kata keheningan berasal dari kata “hening” yang memiliki arti sinonim “bening, bersih, jernih, diam, senyap, sunyi”. Untuk memahami makna keheningan, perlu diuraikan satu persatu makna dari tiap arti kata sinonim yang berkaitan erat dengan silensium, sbb:
Bening: jernih, suci, jelas, terang
Bersih: jernih, rapi, murni, suci, tidak bernoda, tulus, iklas
Jernih: bening, bersih, suci, tenang
Diam: tidak berbunyi, tidak berkata-kata, tidak bersuara, bungkam, senyap
Senyap: bungkap, diam, tidak berkata-kata, sunyi, lengang, sepi, sengap
Sunyi: tidak ada bunyi, hening, senyap, sepi, lengang, kosong, tidak ramai
Dari arti kata sinonim keheningan yang disebutkan diatas dapat diketahui bahwa kata hening atau keheningan memiliki arti yang sangat luas dan mendalam. Ada dua pengertian yang disimpulkan, 1). Keheningan menunjuk pada suatu lingkungan jauh dari keributan, suatu tempat yang sepi, tenang, tidak ada suara yang dapat didengar. Di dalamnya orang tidak berbicara atau tidak membuat keributan dan berada sendirian, tidak ada orang lain. Hal ini dapat dilihat dari arti diam, senyap, sunyi. Maka dalam arti ini, keheningan merupakan keheningan external. 2). Arti yang kedua, keheningan menunjuk pada suasana batin atau hati yang tenang dan penuh kedamaian, bebas dari kekacauan. Hal ini dapat dilihat dari arti kata bening, bersih, jernih. Dalam arti ini keheningan disebut keheningan internal.

Keheningan “tata lahir”
Sebagaimana dikatakan, keheningan external menunjuk pada situasi lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk keramaian yang berada di sekitar kita (bunyi mesin pabrik, bunyi motor, kereta api dll). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam keheningan external yakni, 1). Sebagai sarana dan perlunya melihat tujuan mengapa kita perlu memperhatikan dan melatih untuk silensium dalam waktu-waktu tertentu. Hal ini diperlukan agar dimampukan untuk “memasuki keheningan batin bersama dan di dalam Tuhan”. 2). Keheningan external sungguh-sunguh dapat menjadi sarana untuk memasuki keheningan internal, sejauh diperhatikan motivasi untuk memasuki keheningan internal. Satu-satunya motivasi (tujuan) yang memungkinkan keheningan external menjadi sarana untuk memasuki keheningan internal yaitu untuk “bertemu-menyatu” dengan Tuhan, sehingga dimungkinkan adanya relasi pribadi dengan Tuhan. Dan pada akhirnya “perjumpaan” dan relasi pribadi dengan Tuhan menjadi dasar untuk “berkomunikasi, berjumpa, bersahabat” dalam menjalin relasi dengan sesame.
Hal yang amat kongkrit, akan tampak pada saat kita harus bekerja sama dengan orang lain, apakah kita bertindak dari sebuah pengalaman batin atau semata-mata manusiawi belaka. Artinya kalau saya cocok ya okey, namun kalau tidak senang kita hindari. Smentara orang orang disekitar kita mengalami kesepian dan mereka meciptakan suasana untuk memecahkan rasa kesepian, karena ketidak hadiran orang lain. Hal ini dikatakan oleh Thomas Merton (1915-1968), seorang rahib asal Pertapaan Getsemany (AS), yang perlu diketahui untuk masuk ke dalam keheningan bukan menghindarinya, sbb:
1). Mereka melakukan segala sesuatu, agar dapat menghindari diri dari kesepian atau suasana sepi. Bahkan yang lebih buruk, mereka berusaha menarik narik setiap orang lain ke dalam kesibukannya yang tidaka henti dan yang menenggelamkan mereka dalam kesibukan tersebut. Mereka menjadi penggerak (provokator) yang ulung untuk kegiatan kegiatan tiada arti. Mereka berbicara lebih dari setengah jam dalam telepon, berkumpul dalam sebuah ruangan dimana mereka akan memenuhi udara dengan asap rokok sambil ngobrol serta teuk tangan, bersorak sorai penuh dengan suasana duniawi begitu meriah.
2). Kita harus ingat bahwa, kita mencari keheningan agar tumbuh dalam cinta kesatuan dalam Yesus dan kepada sesame. Kita pergi ke pang gurun yang sunyi, bukan untuk melarikan diri dari masyarakat tetapi elajar bagaimana menemukan mereka; kita tidak meninggalkan mereka agar tidak melakukan apapun terhadap sesame tetapi menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu bagi sesame,namun kita sadari perlu “hening-doa”. Supaya pelayananku sungguh merupakan buah-buah kontemplasi dan doa.
Jadi menurut Merton, dalam kenyataan orang takut berada dalan “ke-sendiri-an”. Orang taku berada dalam diri sediri bersama Tuhan “alone with God”. Namun jika sedang menari keheningan kita mau semakin intim dalam keheningan bersama cinta Tuhan dan semakin mengasihi sesame. Dua aspek ini saling terkait satu sama lain. Sering seseorang mengatakan cinta terhadap sesame dengan melakukan banyak hal, namun tanpa disadari motivasi di baliknya adalah demi kepentingan diri sendiri atau atas dasar senang atau tidak senang.
Dalam hal ini keheningan membantu seseorang untuk memurnikan relasinya dengan sesame, atau seperti yang telah dikatakan Thomas Merton, menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu bagi sesame. Dengan kata lain, keheningan yang kita usahakan yaitu supaya kita semakin diampukan untuk mencintai Tuhan dan sesame (entah di keluarga, tempat kerja, komunitas, dst.).

Keheningan “tata batin”
Keheningan dalam arti internal mengandung arti pada keheningan bati. Maka dari itu kalau kita mengalami keheningan batin, akan merasakan pengalaman damai dan ketenangan batin didalam Tuhan. Pengalaman kedamaian itu berasal dan bersumber dari Allah yang memberikan cintaNya kepada kita. Oleh sebab itu keheningan “tata batin” pertama-tama adalah sebuah rahmat. Dan karena merupakan rahmat, maka rahmat yang telah diperoleh akan dibagikan kepada sesama.
Dalam hal ini, kita bisa belajar dari Tuhan Yesus ‘pagi-pagi buta Ia pergi ke tempat sunyi dan berdoa di sana’ (Mark. 1:35). Di satu pihak rahmat perlu diusahakan dan di lain pihak semata-mata tergantung pada kemurahan Tuhan (Mat. 11:28-29, cf. Mat 10:8b). dengan kata lain pengalaman keheningan sebagai rahmat, akan menghasilkan buah-buah keheningan tampak dalam ‘karya, dan dalam cara berkomunikasi, dst.’. semakin hati kita hening, akan semakin ‘bermutu’ panggilan hidup kita (dalam relasi, kerja, komunikasi, dst.’. inti sederhana dari latihan silensium sebenarnya, supaya kita dimampukan untuk ‘membaca’ ziarah-ziarah perjalanan iman kita kepada dan bersama Tuhan.

alam semesta...

bandungan.blog.desb.2010

Indah gemerlap..lampu..di malam hari…
Rasa takut dalam kegelapan, pudar dengan secercah cahaya ..
Alam semesta, indah, tiada duanya
Aneka kehidupan, aneka macam ciptaan Nya
Semua untuk kemuliaan Allah
Sarana tempat hidup manusia dalam memuliakan Allah
Tuhan yang mahakuasa, penguasa alam semesta
Kehidupan dunia, tempat hidup berkembang manusia, citra Allah
Yang menyenangkan, namun kadang menjadikan manusia tenggelam
Terlena, hanyut di dalam kehidupan dunia yang gemerlap, menjanjikan
Namun Tuhan sang penguasa alam semesta
Tetap setia sampai akhir zaman, setia tiada batas..
Memberikan berkat dan rahmat Nya untuk manusia ciptaan Nya
Puji Tuhan, Alleluya…

alangkah bahagia...

bandungan.blog.desb.2010
Saudara-saudara, sebenarnya kamu harus bersuka hati, bila turut memikul sebagian dari penderitaan Kristus, sebab dengan demikian kamupun akan turut bersukacita, bila Kristus akan tampak dalam kemuliaan-Nya. Alangkah bahagia kamu, kalau dicaci maki karena menjadi pengikut Kristus; sebab dengan demikian Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu (1 Petrus 4:13-14).

martir...

bandungan.blod.desb.2010

Kawan sekalian mari melambungkan
Nyanyian pujian untuk memulyakan
Angkatan pahlawan yang tak terkalahkan
Rela mati demi Tuhan

Mereka dihina dibenci dunia
Akhirnya disiksa hingga tak bernyawa
Namun sesungguhnya mereka berjaya
Hidup mulya selamanya

Sungguh mengagumkan semangat pahlawan
Yang tak tergoncangkan ditengah siksaan
Dimana gerangan sumber ketabahan
Jika bukan dalam Tuhan

Terpujilah Bapa Allah mahaesa
Terpujilah Putra penebus dunia
Yang mengutus Roh Nya di tengah Gereja
Untuk selama-lamanya. Amin.