Rabu, September 30, 2009

warung hik

aku seorang penjual hik. dagangan yang terkenal yang kujual adalah nasi kucing. disebut nasi kucing, karena satu enthong nasi ditambah sambal dan secuil gereh atau ikan asin. makanan pendamping adalah antara lain tahu goreng, tempe goreng, ayam goreng, mendoan, sate kerang. daganganku semakin lengkap jika ada pelanggan yang turut titip jual makanan.

pengembara
awalnya aku tidak jualan di kecamatan ini. aku sudah di beberapa tempat. ditempat ini, aku sudah berjualan selama 4 tahun (tahun 2009). disini aku tidak banyak saingan penjual hik. aku mulai mendapat untung, cukup untuk ongkos hidup. di tempat sebelumnya aku jualan hik, lama kelamaan, banyak yang jual hik. banyak penduduk setempat berjualan. aku sebagai pendatang mulai kalah saing. mereka banting harga, dan aku sebagai pendatang...akhirnya pamit menuju tempat baru.
disini aku sudah 4 tahun. aku sudah akrab dengan tempat, akrab dengan pelanggan, akrab dengan lingkungan. aku mohon diri dengan pemilik halaman ini, dan aku ijin dengan pak lurah setempat. saat ini aku melaju dari kecamatan lain. tiap pagi aku harus berangkat dengan motor selama sekitar 30 menit, berarti jarak rumahku sekitar 30 km. maklum jalan antar desa, sepi, cepat. pagi-pagi aku ambil nasi kucing dulu, lalu menuju tempat ini. modalku hanya percaya, karena aku mengambil dagangan/nasi kucing sekitar 60 bungkus. jika selesai berdagang esok hari dibayar, lalu ambil dagangan lagi. aku hanya beli teh dan gula pasir. jika semua dari modalku, aku tidak mampu. ya inilah aku yang sedang kujalani.

investasi
jika dikatakan investasi warung hik, sekitar 2.5 juta sampai 3 juta. modal tersebut untuk beli gerobak dan segala peralatan makan. tapi gerobak ini aku buat sendiri. aku belajar dari temanku waktu dulu. lalu aku mandiri berjualan sendiri. aku keliling dari antar desa, antar kecamatan. dan kini aku sudah 4 tahun di depan kecamatan ini. pelangganku antara lain, anak sekolah, tukang sales, orang kantoran...pokoke lengkap dari berbagai kalangan, mampir di warung hik.
modalku hanya percaya pada semua pihak. mereka yang bikin nasi kucing, mereka yang titip makanan/gorengan di warung ini. aku hanya bermodal untuk beli gula dan teh setiap hari. semua dagangan yang lain adalah titipan dari penduduk di sekitar ini.

tekun tlaten
pedagang hik sudah banyak, dan bermunculan di sekitar tepi jalan. baik di jalan kecamatan, sampai di jalan kota besar. mereka ada yang berkembang, bertahan. namun ada pedagang hik yang tutup, alias bangkrut. kenapa...ada yang kurang tekun, kurang tlaten. ada pedagang hik yang hanya berumur satu minggu, satu bulan, satu tahun....semua aktifitas perlu tekun, tlaten. memang banyak tantangan, banyak saingan, banyak model hik... tetapi ... ya... tetap namanya hik dengan ciri khas jual nasi kucing, minuman teh atau kopi panas, gorengan tahu tempe dan gorengan gorengan yang lain....anda suka.datang aja di warung tenda... warung hik... murah meriah... memasyarakat.. sungguh.. memang sektor informal...

1 komentar:

  1. bagus..hebat..
    semua perlu tekun..tlaten..jika mau sukses
    selamat untuk penulis..

    BalasHapus