Minggu, September 27, 2009

Menangis

siang hari kami berjalan menuju bukit belakang rumah.hati riang gembira, menikmati alam sekitar. cuaca cerah, panas, angin semilir, pemandangan indah mulai tampak saat kaki mulai menanjak. akan tetapi, hati semakin menangis dan merintih, saat kami mulai melihat bekas pohon jati, pohon angkasa, pohon mahoni ditebang oleh sang pemilik pada waktu beberapa hari yang lalu. tanah kapur yang tandus, keras, kurang air, pohon pohon penyangga sudah ditebangi oleh pemilik. mereka menebang di bukit, di gunung pekarangan sendiri. memang semua menjadi milik sang pemilik, akan tetapi siapakah sang pemilik sejati. kenapa ditebang...kenapa...kenapa...
karena untuk makan, untuk biaya sekolah, biaya kuliah, karena untuk membangun rumah, karena untuk biaya hidup...dan masih banyak alasan yang lain. seperti dalam pepatah, dalamnya laut dapat diukur, tetapi dalamnya hati siapa tahu... bekas penegabangan pohon tampak acak acakan...batu dan tanah tergores, sehingga siap akan banjir dimusim hujan, kerikil, tanah dan segala hal akan cepat hanyut di musim hujan. penahan air sudah ditebang, maka lancarlah air menuju waduk gajah mungkur. air hujan bukan berwarna putih, tetapi coklat ... dan coklat...keruh...karena bercampur tanah...bercampur kerikil, pasir.
hatiku menangis...dan bertanya..kenapa..? kenapa...? mungkinkah perlu bertanya pada rumput yang bergoyang. rumput aja sudah tidak mau menjawab, karena sudah kering, kering dan sudah tidak berbisik diterpa oleh angin gunung. pohon pohon sudah kering, ada sedikit daun aja, sudah dipotong untuk pakan ternak sapi, kambing...sungguh hama yang luar biasa. sudah kering karena panas kemarau, kering tidak ada air, kering karena tumbuh diatas batu batu, ditambah simpan sedikit daun saja sudah dirampas oleh manusia...
hatiku pilu..pilu..mau berteduh saja sudah sulit, oh...pohon pohon alam yang kering...Tuhan berikan kami segera hujan...haus...haus...dahaga...dahaga...alamku menagis, bergetar kekeringan...menanti sang air sumber hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar