Kamis, September 24, 2009

mbah Didik

orangnya kurus, kecil, pekerjaan tidak tetap, berjalan kaki adalah kesukaan dan kekuatan diri. mau memperbaiki rumah, tetapi tidak mampu, alias tidak mempunyai uang untuk memperbaiki rumah. mbah Didik hanya ingin dan ingin saja. setiap hari mbah Didik hanya jalan dan jalan. makan aja karena belas kasih dari orang orang di sekitarnya. uang untuk rokok sekadarnya, karena ada orang yang memberi uang. dengan rasa pasrah, tidak ngoyo, tidak kemrungsung, mbah Didik terus berjalan dengan tas kesayangan yang tidak lepas dari tangannya. uang pemberian dari orang lain, adalah pemberian dari Tuhan sendiri. oleh karena itu, tidak jarang uang tersebut tidak untuk diri sendiri, tetapi untuk anak anak yang mau berangkat sekolah. aneh dan memang aneh...tapi inilah fakta kekayaan kepasrahan...hidup ada dalam tangan Tuhan.
mbah Didik mempunyai teman bernama mbah Pawiro. mbah Pawiro juga sudah berumur, tetapi masih lebih kuat dari pada mbah Didik. tiap saat mbah Didik, datang, sharing pengalaman, cerita pengalaman, cerita ketemu orang. semua jadi sahabat yang baik, sahabat suka dan duka. rokok bersama, minum kopi bersama, ngobrol bersama. curhat mbah Didik mendapat hati oleh mbah Pawiro. karena mbah Didik terasa kurang mampu mengatur uang pemberian, mbah Pawiro menawarkan diri untuk mengatur, menyimpan uang tersebut. suatu saat bila sudah cukup uang, maka ada rencana mbah Didik dan mbah Pawiro mau memperbaiki rumah. rumah adalah istana, adalah tempat berteduh, tempat berlabuh di saat lelah, saat senang sebagai tempat tertawa, rumah sebagai tempat bersyukur pada Tuhan.
pertemua selesai, mbah Didik kembali berjalan.....mbah Pawiro kembali merajut tali dan berdoa.berkatilah mbah Didik, sahabatku, temanku yang selalu diberkati Tuhan. semoga ada waktu, ada saat untuk dapat memperbaiki rumah....doaku untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar