Kamis, Desember 09, 2010

keheningan...

bandungan.blog.desb.2010.Marilah kita melaksanakan kata-kata Nabi, pikirku: aku hendak menjaga diri, jangan aku berdosa dengan lidahku, aku hendak menahan mulutku. Aku membisu, aku direndahkan dan tutup mulut tentang hal yang baik. Dengan itu Nabi mau menunjukkan, bahwa demi semangat diam kadang-kadang orang harus diam bahkan dari percakapan yang baik. Apalagi percakapan yang buruk jelas harus dilarang berhubung dengan hukuman dosa. Oleh sebab itu, bahkan untuk percakapan yang baik, saleh dan membangun, kepada murid yang sempurna hendaknya izin bicara jarang diberikan, agar mereka dapat membina semangat diam dengan sungguh-sungguh. Sebab ada tertulis, di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran. Dan di tempat lain, hidup dikuasai lidah dan mati dikuasai lidah. Sebab bicara dan mengajar adalah tugas guru, sedangkan murid diharapkan diam dan mendengarkan. Oleh sebab itu, bila ada sesuatu yang perlu ditanyakan kepada pembesar, hendaknya ditanyakan dengan rendah hati sepenuhnya dan dengan tunduk hormat. Adapun mengenai lelucon yang kasar, omong kosong dan kata-kata yang membangkitkan ketawa, kami mengecamnya sebagai hal yang harus disingkirkan di mana-mana untuk selama-lamanya. Kami tidak mengizinkan murid membuka mulut untuk percakapan seperti itu (teks RB bab 6).

Keheningan “tata lahir” dan “tata batin”
Akar kata “hening”, kata keheningan memiliki dua arti yakni keheningan external dan keheningan internal. Keheningan external (tata lahir) merupakan sarana untuk masuk kedalam keheningan internal (tata batin). Kiranya perlu memperhatikan tujuan atau motivasi menghayati keheningan external, agar sebagai sarana, keheningan external dapat sungguh-sungguh mengantar diri kita kedalam keheningan tata batin (dalam lubuk hati yang paling dalam). Keheningan internal merupakan suatu rahmat Allah yang tidak tergantung pada semata-mata sarana keheningan external. Keheningan external hanya sebagai “jalan” menuju kepada keheningan internal. Keheningan yang sejati selalu memberikan buah-buah rohani, baik itu bagi yang mengalami maupun terhadap lingkungan dimana kita berada. Ada baiknya kita melihat secara sangat umum tentang keheningan tata lahir dan tata batin.

Sinonim keheningan
Kata keheningan berasal dari kata “hening” yang memiliki arti sinonim “bening, bersih, jernih, diam, senyap, sunyi”. Untuk memahami makna keheningan, perlu diuraikan satu persatu makna dari tiap arti kata sinonim yang berkaitan erat dengan silensium, sbb:
Bening: jernih, suci, jelas, terang
Bersih: jernih, rapi, murni, suci, tidak bernoda, tulus, iklas
Jernih: bening, bersih, suci, tenang
Diam: tidak berbunyi, tidak berkata-kata, tidak bersuara, bungkam, senyap
Senyap: bungkap, diam, tidak berkata-kata, sunyi, lengang, sepi, sengap
Sunyi: tidak ada bunyi, hening, senyap, sepi, lengang, kosong, tidak ramai
Dari arti kata sinonim keheningan yang disebutkan diatas dapat diketahui bahwa kata hening atau keheningan memiliki arti yang sangat luas dan mendalam. Ada dua pengertian yang disimpulkan, 1). Keheningan menunjuk pada suatu lingkungan jauh dari keributan, suatu tempat yang sepi, tenang, tidak ada suara yang dapat didengar. Di dalamnya orang tidak berbicara atau tidak membuat keributan dan berada sendirian, tidak ada orang lain. Hal ini dapat dilihat dari arti diam, senyap, sunyi. Maka dalam arti ini, keheningan merupakan keheningan external. 2). Arti yang kedua, keheningan menunjuk pada suasana batin atau hati yang tenang dan penuh kedamaian, bebas dari kekacauan. Hal ini dapat dilihat dari arti kata bening, bersih, jernih. Dalam arti ini keheningan disebut keheningan internal.

Keheningan “tata lahir”
Sebagaimana dikatakan, keheningan external menunjuk pada situasi lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk keramaian yang berada di sekitar kita (bunyi mesin pabrik, bunyi motor, kereta api dll). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam keheningan external yakni, 1). Sebagai sarana dan perlunya melihat tujuan mengapa kita perlu memperhatikan dan melatih untuk silensium dalam waktu-waktu tertentu. Hal ini diperlukan agar dimampukan untuk “memasuki keheningan batin bersama dan di dalam Tuhan”. 2). Keheningan external sungguh-sunguh dapat menjadi sarana untuk memasuki keheningan internal, sejauh diperhatikan motivasi untuk memasuki keheningan internal. Satu-satunya motivasi (tujuan) yang memungkinkan keheningan external menjadi sarana untuk memasuki keheningan internal yaitu untuk “bertemu-menyatu” dengan Tuhan, sehingga dimungkinkan adanya relasi pribadi dengan Tuhan. Dan pada akhirnya “perjumpaan” dan relasi pribadi dengan Tuhan menjadi dasar untuk “berkomunikasi, berjumpa, bersahabat” dalam menjalin relasi dengan sesame.
Hal yang amat kongkrit, akan tampak pada saat kita harus bekerja sama dengan orang lain, apakah kita bertindak dari sebuah pengalaman batin atau semata-mata manusiawi belaka. Artinya kalau saya cocok ya okey, namun kalau tidak senang kita hindari. Smentara orang orang disekitar kita mengalami kesepian dan mereka meciptakan suasana untuk memecahkan rasa kesepian, karena ketidak hadiran orang lain. Hal ini dikatakan oleh Thomas Merton (1915-1968), seorang rahib asal Pertapaan Getsemany (AS), yang perlu diketahui untuk masuk ke dalam keheningan bukan menghindarinya, sbb:
1). Mereka melakukan segala sesuatu, agar dapat menghindari diri dari kesepian atau suasana sepi. Bahkan yang lebih buruk, mereka berusaha menarik narik setiap orang lain ke dalam kesibukannya yang tidaka henti dan yang menenggelamkan mereka dalam kesibukan tersebut. Mereka menjadi penggerak (provokator) yang ulung untuk kegiatan kegiatan tiada arti. Mereka berbicara lebih dari setengah jam dalam telepon, berkumpul dalam sebuah ruangan dimana mereka akan memenuhi udara dengan asap rokok sambil ngobrol serta teuk tangan, bersorak sorai penuh dengan suasana duniawi begitu meriah.
2). Kita harus ingat bahwa, kita mencari keheningan agar tumbuh dalam cinta kesatuan dalam Yesus dan kepada sesame. Kita pergi ke pang gurun yang sunyi, bukan untuk melarikan diri dari masyarakat tetapi elajar bagaimana menemukan mereka; kita tidak meninggalkan mereka agar tidak melakukan apapun terhadap sesame tetapi menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu bagi sesame,namun kita sadari perlu “hening-doa”. Supaya pelayananku sungguh merupakan buah-buah kontemplasi dan doa.
Jadi menurut Merton, dalam kenyataan orang takut berada dalan “ke-sendiri-an”. Orang taku berada dalam diri sediri bersama Tuhan “alone with God”. Namun jika sedang menari keheningan kita mau semakin intim dalam keheningan bersama cinta Tuhan dan semakin mengasihi sesame. Dua aspek ini saling terkait satu sama lain. Sering seseorang mengatakan cinta terhadap sesame dengan melakukan banyak hal, namun tanpa disadari motivasi di baliknya adalah demi kepentingan diri sendiri atau atas dasar senang atau tidak senang.
Dalam hal ini keheningan membantu seseorang untuk memurnikan relasinya dengan sesame, atau seperti yang telah dikatakan Thomas Merton, menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu bagi sesame. Dengan kata lain, keheningan yang kita usahakan yaitu supaya kita semakin diampukan untuk mencintai Tuhan dan sesame (entah di keluarga, tempat kerja, komunitas, dst.).

Keheningan “tata batin”
Keheningan dalam arti internal mengandung arti pada keheningan bati. Maka dari itu kalau kita mengalami keheningan batin, akan merasakan pengalaman damai dan ketenangan batin didalam Tuhan. Pengalaman kedamaian itu berasal dan bersumber dari Allah yang memberikan cintaNya kepada kita. Oleh sebab itu keheningan “tata batin” pertama-tama adalah sebuah rahmat. Dan karena merupakan rahmat, maka rahmat yang telah diperoleh akan dibagikan kepada sesama.
Dalam hal ini, kita bisa belajar dari Tuhan Yesus ‘pagi-pagi buta Ia pergi ke tempat sunyi dan berdoa di sana’ (Mark. 1:35). Di satu pihak rahmat perlu diusahakan dan di lain pihak semata-mata tergantung pada kemurahan Tuhan (Mat. 11:28-29, cf. Mat 10:8b). dengan kata lain pengalaman keheningan sebagai rahmat, akan menghasilkan buah-buah keheningan tampak dalam ‘karya, dan dalam cara berkomunikasi, dst.’. semakin hati kita hening, akan semakin ‘bermutu’ panggilan hidup kita (dalam relasi, kerja, komunikasi, dst.’. inti sederhana dari latihan silensium sebenarnya, supaya kita dimampukan untuk ‘membaca’ ziarah-ziarah perjalanan iman kita kepada dan bersama Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar