Minggu, April 11, 2010

jangka jayabaya

Ramalan Jayabaya.Giriwoyo.blog. Jayabaya adalah raja Kediri pada masa 1135-1157 yang bernama lengkap Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Kejayaan Jayabaya sebagai raja tersurat para bait-bait awal Kitab Musasar gubahan Sunan Giri Prapen. Penggagas tulisan dan rangkuman ramalan Jayabaya ditulis dalam kitab Jangka Jayabaya adalah Pangeran Kadilangu II pada masa tahun 1741-1743. Pangeran Kadilangu II adalah keturunan Sunan Kalijaga yang berhasil menyakinkan Brawijaya V untuk masuk Islam setelah pertemuan segi empat bersama dua penasihat kerajaan Majapahit: Sabda Palon dan Nayagenggong.

Kitab Jangka Jayabaya semakin populer dan berkembang beraneka ragam bentuk versi berdasarkan beraneka ragam tafsir, selera dan kehendak sehingga tidak jelas lagi tentang mana yang otentik dan mana yang tidak. Rangkaian petilan salah satu versi Ramalan Jayabaya memiliki kandungan makna visioner selaras dan sesuai dengan berbagai prahara etika, moral, dan akhlak yang sedang melanda bangsa Indonesia. Setelah sekitar 853 tahun raja Kediri yang terkenal dan memberikan ramalan atau pemandangan kehidupan di masa depan. Benarkah (sekarang: tahun 2010) ramalan Jayabaya ini sedang terwujud ?

pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan/sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni/wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha, wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil, sing ora abisa maling digethingi/sing pinter duraka dadi kanca, wong bener sangsaya thenger-thenger/wong salah sangsaya bungah, akeh bandha musna tan karuan larine, akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebab, akeh wong nglanggar sumpahe dhewe/manungsa padha seneng ngalap, tan anindakake hukuming Allah, barang jahat diangkat-angkat/barang suci dibenci, sing edan padha bisa dandan/sing ambangkang padha bisa nggalang omah gedong magrong-magrong…

…sungguh zaman gonjang-ganjing, menyaksikan zaman gila tidak ikut gila tidak dapat bagian/yang sehat pada olah pikir, para petani dibelenggu/para pembohong bersuka ria, beruntunglah bagi yang lupa/masih lebih beruntung yang ingat dan waspada, orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil, yang tidak dapat mencuri dibenci/yang pintar curang jadi teman, orang jujur semakin tak berkutik/orang salah makin pongah, banyak harta musnah tak jelas larinya/pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab, banyak orang berjanji diingkari/banyak orang melanggar sumpahnya sendiri, manusia senang menipu/tidak melaksanakan hukum Allah, barang jahat dipuja-puja/barang suci dibenci, yang gila dapat berdandan, yang membangkang bisa punya rumah gedung mewah megah…

…suatu saat, ketika saya di kampung, seorang petani, berkata…sak punika, tiang dibenerke mingar minger, menawi diglethuk manthuk manthuk…sekarang, manusia jika diajak ke jalan yang benar tidak mau, banyak alasan, apabila diajak tidak benar malah setuju dan mengikuti ajakan tersebut…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar